Sensasi Menapak Gunung Cumbri, Wisata Gunung Terkini Kota Wonogiri

Bukit Cumbri, salah satu lokasi wisata baru di wonogiri. Sebenarnya bukan baru. Tempat ini sudah lama ada. Hanya saja, menurut salah seorang penjual minuman yang kami temui di puncak, bukit ini semakin ramai sejak lebaran 2016 lalu.

Cuaca cerah hari itu. Sebuah kondisi ideal untuk naik-naik ke Bukit Cumbri. Andaikan Mbak Iffah Ipeh tidak menagih janji saya untuk menemaninya memuaskan rindu naik gunung setelah 7 tahun lamanya, mungkin hari itu saya malas datang ke Cumbri. Perkara proposal yang tak juga kelar, sejatinya malas membuat saya kemana-mana walaupun ingin. Yeah, tapi hari itu saya tetap saja mengiyakan ajakannya buat ke gunung Cumbri. Anggap saja pelarian sejenak dari segala penat lah. Haha.

Jadi, Apa sih Gunung Cumbri itu?

puncak cumbri

Gunung Cumbri ini adalah salah satu gunung di wilayah Wonogiri yang lokasinya ada di perbatasan Purwantoro-Ponorogo.  Ketinggiannya sekitar 638 MDPL. Saat kali pertama mendengar namanya, saya sendiri merasa aneh. Cumbri? Dulu saya kira itu makanan semacam Combro, makanan tradisional khas Jawa Barat. 


Ternyata, dari kertas yang dibagikan warga Kelompok Pecinta Alam Pemuda Kidul Cumbri (KPAPKC), nama Cumbri berasal dari kata “Cok-bri”. Cok berati pencokan alias sarang, dan bri adalah manuk Beri alias burung Garuda. Jadi Cumbri, beda dengan Combro. Haha.

Mendaki Bukit Cumbri

gapuro cumbri


Kebiasaan pergi barengan Nana keliling daerah Wonogiri Kota tanpa membawa apa-apa, hari itu  terbawa. Saya beneran lupa, kalau Purwantoro itu jauuhhhhhh dan sudah tidak masuk Wonogiri Kota. Jadi ya sudah, saya nggak bawa apa-apa. Hanya membawa diri, cinta dan segala harapan yang tersisa. Ehh, maksudnya hanya membawa dompet dan HP

Ahh, tapi  untungnya, Kakak Ipeh ini merupakan tipikal Ibu yang selalu prepare. Jadi di pendakian ala-ala kali itu, saya numpang saja makan roti kuburan yang dibawanya, plus minta minum dari botol yang kebetulan Kakak Ipeh membawa dobel. Hihi.

Ketinggian Gunung Cumbri MDPLnya seharusnya nyaris sama dengan Gunung gandhul. Tapi apa yang terjadi? Saya terlalu meremehkan.

Pikiran saya, medan Cumbri mirip-mirip gunung gandul. Kita tinggal mengikuti saja jalan aspal yang sudah ada. Ternyata, semua tak sesepele itu. Jika sebelumnya saya cukup terkejut dengan jauhnya jarak Soko Gunung, kini saya sangat-sangat terkejut dengan medan Bukit Cumbri.

Medannya amazing. Dan Gunung Cumbri dengan ketinggian mdplnya yang seharusnya lebih pantas dipanggil bukit, buat saya Gunung Cumbri itu, pantas kok dipanggil gunung.

Hla wong jalurnya itu lho, nanjak tak kunjung berhenti. Sesekali berkerakal, setapak sempit, pokoknya jauh dari imajinasi saya yang berpikir jalurnya bakal seperti gunung gandul yang lebih banyak jalan beraspalnya.

jalur cumbrijalur cumbrijalur cumbri


Jalur Gunung Cumbri, malah mengingatkan saya pada jalur ke Merbabu, apalagi beberapa kali kami mendaki diantara hamparan padang rumput seperti halnya kala ke Merbabu. Meskipun, tak ada padang sabana luas seperti halnya Merbabu. Tapi, view indah ketinggian gunung Cumbri yang terasa makin indah tiap kali tinggi pijakan kami bertambah, adalah sesuatu hal yang tak henti-hentinya membuat kami berdua berdecak kagum. Karya seni-Nya sungguh luar biasa.

“Puncaknya masih jauh yo Mbak, ” ujar Mbak Ipeh dengan nafasnya yang terdengar memburu dan wajahnya yang mulai memucat. 

Saya yang juga tak kalah terengahnya, membuang pandang ke arah pukul 1. Sebuah batu dengan jarak nun jauh tinggi di sana, terlihat bercokol kokoh mendekati langit. Ahh, setapak dua tapak langkah kami, rasanya terasa tak mungkin untuk bisa sampai ke sana.

Tapi kemudian kami ingat satu hal yang membuat kami enggan berhenti melangkah: perjalanan kami itu sudah amat jauh. Apalagi bagi Mbak Ipeh yang sudah jauh-jauh berangkat dari Solo.

Akhirnya, biarpun saya dan Mbak Ipeh cukup tertatih-tatih dan butuh waktu agak lama menggapai puncak, Allah mengijinkan juga kami menggapai puncak Cumbri. Jika orang lain mungkin hanya butuh waktu sejam sampai puncak, hari itu kami butuh sekitar waktu 2 jam, bahkan mungkin lebih.  Yeah, tak apalah. Yang penting kan sampai. Hehe.

SEMPAT SALAH JALAN SAAT MENUJU BUKIT CUMBRI


gunung cumbri

“Mbak katanya belok kanan bisa! Ini Gmapnya belok kanan!” kata saya ketika kami tiba di pasar Ngadirojo saat perjalanan ke Gunung Cumbri dari Wonogiri. Sejatinya saya merasa aneh. Karna Purwantoro seharusnya masih lurus. Tapi Gmap menunjuk arah belok kanan, ke arah Pacitan. Di depan kami, papan arah Purwantoro pun dengan jelas menunjuk lurus.

Mbak Ipeh yang tidak tahu jalan, manut saja. Sembari bercerita macam-macam motor kami terus melaju, bahkan sampai melintas Gunung Pegat dan masih terus saja lurus. 

Perasaan aneh, penuh dugaan salah jalan tetap terasa dan entah kenapa tiba-tiba begitu kuat. Makanya, kami lantas bertanya ke seorang pengendara motor yang kebetulan berhenti tentang letak Gunung Cumbri. Ia dengan sekenanya menunjukkan arah untuk terus lurus mengikuti jalur Pacitan. Kami menurut. Kami kembali lurus saja mengikuti jalur Ngadirojo-Pacitan. 

“Baiklah, berarti googlenya bener” pikir saya.

Saat lanjut berjalan, tiba-tiba jaringan eror. Gmap terputus, dan kembali ke halaman awal. Nah, ini yang bikin sedikit panik. Duhh, entah kenapa, perasaan salah jalan tetap kembali menyergap. Kami lantas berhenti. Bertanya lagi pada orang di jalan. 

Gunung Cumbri tidak cukup tenar bagi warga sekitar kawasan Gunung Pegat ternyata. Jadi kami hanya menyebut daerah Kepyar, Purwantoronya saja. Dan… jawaban mereka sama dengan penunjuk jalan yang terpasang di pertigaan Ngadirojo tadi. Purwantoro, harusnya itu lurus Pas tiba di pertigaan Ngadirojo. Hemmm.

Baiklah, mau tidak mau kami harus terima, nampaknya Gmap tadi salah. Tidak ada jalur tembus ke Purwantoro jika lewat Pacitan. Atau mungkin memang ada, hanya saja jauh. Entahlah. Mungkin saya tadi ketika di Ngadirojo salah memencet opsi rute lain. Mungkin. Huh. 

Malas saya membuka Gmap lagi walaupun jaringan sudah kembali saat kami akhirnya putar balik dan tiba lagi di pertigaan Ngadirojo.

Yang bikin sedikit kesel juga, kok ya tadi mas-mas yang kami tanyai sok tau nyuruh kami lurus. Ya, sudahlah. Kita harus mikir positiv. Seperti kata-kata mutiara ala traveler-traveler beken: tidak ada yang namanya tersesat, yang ada hanya Tuhan membuat kita berjalan lebih jauh, supaya kita bisa melihat hal lain dan memiliki cerita yang lain pula. Asik.

Saya lantas menghubungi Mas Luckman, blogger Solo, yang dulu pernah membahas tentang Bukit Cumbri ini dalam blognya. Beberapa saat kemudian, ia membalas dengan cukup jelas mengenai akses menuju Cumbri jika dari arah Wonogiri. Syukurlah. Akhirnya setelah itu, kami bisa juga sampai.

Nah, jadi akses yang bener ke Gunung Cumbri itu:

Dari arah Wonogiri lurus terus, nanti secara berurutan akan melewati Ngadirojo, Sidoarjo, Jatisrono, Slogohimo dan kemudian Purwantoro. Panjang perjalanan dari Wonogiri sekitar 2,5 jam. Purwantoro lurus terus sampai tiba di perbatasan Ponorogo ditandai dengan Gapura besar. Nah, sebelum Gapura ini belok kiri. Ada tulisan di jalan berwarna putih tentang arah Cumbri. Habis ini ikuti saja ragam penunjuk jalan yang dipasang warganya untuk menuju lokasi jalur pendakian via jalur Biting.
gapuro ponorogojalur cumbrijalur cumbrijalur cumbri

Ada Alternatif Jalur Cumbri via Kepyar.

puncak cumbri
Puncak Cumbri, Foto Asal Jepret. Nggak kenal sama modelnya :)


Menuruni Cumbri, Mbak Ipeh sempat berujar bahwa menurutnya jalur yang kami turuni ini kok seperti berbeda dengan ketika kami naik.

Awalnya, saya menjawab: “sama kok”

 Tapi ketika pemandangan yang kami lihat makin lama makin jelas perbedaannya, yakni beberapa kali saya menjumpai empon-empon, baiklah, Mbak Ipeh benar. Jalur kami berbeda dengan saat berangkat. Tak ada view indah ketinggian pemandangan hutan gunung, dan kota seperti saat berangkat tadi. Pandangan kami saat turun ini lebih didominasi oleh aneka rupa pepohonan, serta beberapa empon-empon. Kontur tanah pun terlihat sudah dirawat. Yeah, nampaknya kami melalui tegal milik warga.
Yang bikin kaget itu adalah baru jalan beberapa menit, mungkin tak ada setengah jam turun gunung, kami sudah tiba di jalur jalan warga. Senang sih, karena berarti kami tidak perlu capek-capek lagi melintasi lika-liku jalur cumbri. Tapi yang jadi pertanyaan besar itu, terus gimana cara kami balik ke tempat parkir motor semula?

Beberapa anak-anak muda terliaht begerombol, duduk di atas motor di dekat start masuk jalur yang baru saja saya turuni ini. Satu-satunya pilihan tentu saja hanya meminta mereka mengantar kami ke tempat semula. 

Kami akhirnya numpang ngojek ke anak-anak remaja yang sejatinya sedang menunggui parkir motor orang-orang yang lewat jalur ini. Jalur ini berbeda dengan jalur mula pendakian kami. Selain karna viewnya, jalur Biting jauh lebih terkelola.

Dari remaja yang memboncengkan saya, saya mendapat informasi, bahwa jalur yang kami turuni tadi itu adalah jalur Kepyar. Jarak dakinya memang singkat. Cukup 30 menit. Tapi ya itu kelemahannya, viewnya jauh. Tidak seelok kalau kita lewat jalur Biting, dan tentu saja sensasi dakinya itu beda.

Perjalanan dari Kepyar ke Biting lumayan jauhnya. Muter-muter. Saya tidak ingat lagi kalau mengulang ke sana. Hanya saja kalau mau menuju jalur via Kepyar, lewatnya bisa dari Pasar Purwantoro  ke Selatan depan Palapa belok ke kiri, lurus ada desa Gondang belok ke kanan. Nanti sampai tugu SH teratai belok ke kiri. Itu jalur Kepyar yang diterangkan Masnya. Penjelasannya sih terdengar singkat dan berkesan dekat. Tapi saya tidak yakin sedekat itu. Wkwkwk. 


How Much?

puncak cumbri

Untuk menuju Gunung Cumbri ini murah meriah. Saat perjalanan kemari kami hanya perlu membayar parkir Rp. 5.000. Yeah, nggak ada yang mahal di Wonogiri. Woh ya, kalau kemari, jangan lupa yak beli minumannya Ibu-Ibu yang jualan di Puncak Cumbri. Ada beberapa ibu-ibu di sana, yang tiap kali liburan biasanya naik-naik ke Cumbri buat jualan. Walaupun harga minumannya mahalan dikit, tapi maklum lah, ongkos buatnya naik gunung.

Nah, cuss yuk,  kepak ranselmu lantas jalan ke Wonogiri 


You Might Also Like

24 comments

  1. Hahahahaha. Suk mben nang semeru. Gowo mimik seng akeh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yo iyolah nek rono genah kui kudu gowo mimik. haha.moga-moga beneran ada kesempatan buat ke sana. amin

      Delete
  2. Asyik, ya, bisa selfie di ketinggian begitu. Pemandangan indah sekali. ^_^

    ReplyDelete
  3. viewnya kece, sayang cukup jauh dari kota wonogiri :D
    tapi boleh lah kapan-kapan mampir kalo mudik ke wonogiri

    ReplyDelete
  4. aman gak yah rutenya pas hujan???

    ReplyDelete
  5. wah keren ya...tp bayangin naik gunung udah capek duluan :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. wekekek. Jangan dibayangin mbak. langsung cuss saja kemari

      Delete
  6. Indonesia kita banyak tempat yang bagus banyak tempat yang rekomend buat kita refresingdan menghilangkan penat,semoga saja dapat pergi liburan ke gunung cumbri ini amin

    ReplyDelete
  7. Kayaknya bakalan terbayar ya mba capenya dengan pemandangan yang indah :)

    ReplyDelete
  8. Jauhnya, dari Wonogiri masih 2,5 jam. Wow. Wonogiri itu ngga ada jalur pintas ya, jadi kemana2 kayaknya jauh :( Btw. Viewnya keren, itu naik cuma berdua aja mbak, ngga ajak temen cowok gitu.

    ReplyDelete
  9. eh asyik
    kayak bukit belakang sekolahnya Nobita

    ReplyDelete
  10. Duh mbaakk.. Kapan saya bisa berkunjung di tempat seperti itu.. Memanjakan mata dan otak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tinggal pilih tanggal saja mbak, terus cuss langsung ke Wonogiri :D

      Delete
  11. Viewnya keren.
    Kesannya adem gitu.

    ReplyDelete
  12. hehe mantap cumbri ke sini pas panas menyengat alhamdulillah

    ReplyDelete

Semoga yang tersaji, bisa bermakna.

Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook

Terima Kasih :)