6 Buku Tentang Traveling Yang Bikin Saya Pengen Segera 'jalan'

Kamu adalah apa yang kamu baca.

Saya cukup sepakat dengan kata-kata ini. Sebagai penggemar buku, saya merasai sendiri buku banyak mempengaruhi diri saya. Terkadang, saya sudah lupa bagaimana cerita sebuah buku, namun nilai, atau kalimat-kalimat berkesan dalam buku tersebut bisa sangat saya ingat dan terus mempengaruhi hidup  hingga waktu yang lama. Karena itulah, sejak menyadari hal ini, saya berusaha seselektif mungkin memilih bacaan. Jika dulu buku apapun saya lahap, sekarang-sekarang ini saya berusaha tidak asal comot. Dan berusaha memastikan dulu, kemana kira-kira arah pemikiran pembaca nantinya akan digiring.

ilustrated by: focus-wtv.be


Buku-buku yang banyak mempengaruhi saya salah satunya adalah buku-buku bergenre traveling. Bermula dari pakde yang pernah menyodori saya majalah traveling bergambar, jadilah sejak kecil saya punya mimpi datang ke berbagai tempat. Meski sempat terlupakan, menginjak remaja, buku-buku bergenre traveling serta sisipan rubrik traveling di beberapa surat kabar mulai kembali meracuni saya yang ketika itu tidak pernah kemana-mana sama sekali. 

Paling menjadi racun, adalah buku-buku traveling bernada cerita dimana saya bisa seolah-olah masuk dan menjadi salah satu tokoh di dalamnya. Buku-buku tersebut berupa novel, kumpulan cerita dan semacam itu.

Nah, di bawah ini adalah beberapa buku dan novel berbau  kisah perjalanan yang buat saya, ini sukses membuat  pengen cepet-cepet mengepak ransel. Buat kamu para penggemar buku berat, mungkin buku-buku ini terlalu receh. Tapi buat saya buku-buku ini mudah dimengerti isinya, nggak mubeng penuturannya. Dan buku-buku ini termasuk buku populer, yang saya yakin kalian pasti juga mengenalnya.

1. Balada Si Roy

Generasi awal 90 an atau 80an pasti kenal sama buku Balada Si Roy. Buku Gola Gong ini saya baca saat SMA dan sukses membuat saya ngiler ingin menjelajah. Meskipun tokoh utama dalam buku ini adalah Roy, yang merupakan sosok laki-laki, tapi buku ini tetap menerbitkan hasrat petualangan dalam hati saya.


Bagaimana Roy mengenal orang-orang baru di banyak tempat, bagaimana Roy menemukan banyak kisah di tempat-tempat yang ia singgahi, bagaimana ia selalu bisa menjadi bagian dari tempat tersebut, semua petualangan-petualngan seru Roy terangkum dalam 10 seri buku yang menggugah saya sebagai pembaca untuk pengen mengikuti jejaknya melakukan penjelajahan. Terlepas dari saya pribadi yang sebenarnya benci-benci gemas dengan tokoh Roy. 

Iyalah, sebagai perempuan saya gemas dengan lelaki seflamboyan Roy, yang begitu mudahnya jatuh hati pada perempuan yang ia temui di nyaris tiap tempat yang ia singgahi. Roy, saya memahamimu sebagai pengelana, tapi saya tidak bisa menerimamu yang hatinya juga ikut kemana-mana.

Paling menyebalkan adalah buku seri terakhir Roy. Saya sudah berharap banyak, akhir cerita Balada Si Roy adalah Roy yang akhirnya menemukan satu-satunya hati untuknya berpulang. Aihh, tapi saya harus terima, Balada Si Roy bukan novel roman. Ini novel petualangan. Akhir cerita asmara Roy pun sama seperti perjalanannya yang enggan berhenti.

Roy, yang sudah berselingkuh terlalu jauh dengan perempuan bule yang ditemuinya saat berkelana ke luar negri, pada akhirnya pulang karena ibunya meninggal. Saat ia membuat pengakuan pada Suci bahwa ia telah berkhianat, ia rupanya juga mendapat pengakuan serupa dari Suci. Pacarnya itu juga mengaku sedang dekat dengan lelaki lain.

Tapi, iyuhh banget, karna Roy masih merasa harga dirinya terinjak. Woyyy Roy, kamu saja selingkuhnya tahapnya sudah kejauhan, masih saja merasa seperti itu! Saya pas baca rasanya geregetan.

Well, terlepas dari seluruh romansa yang dimasukkan Gola Gong ke dalam cerita Roy, ini novel adalah novel traveling pertama saya yang benar-benar membuat saya ingin mendaki gunung, dan berjalan kemana-mana.

Sedikit banyak, cerita Balada Si Roy didasari dari pengalaman perjalanan Gola Gong sendiri sebagai traveler. Jadi tak heran kalau gambaran seting latar serta penokohan terasa begitu hidup. Belum lagi, Gola Gong begitu piawai merangkai kata-kata. Diksinya begitu menyenangkan dan kata-katanya menghanyutkan. Yang juga bikin menarik, Gola Gong selalu menyisipkan pembuka di tiap babnya dengan cuplikan kata-kata manis yang jadi ciri khas tersendiri bagi novel Balada si Roy.

2. Perjalanan Ke Atap Dunia

Novel yang ditulis oleh Daniel Mahendra ini memiliki tutur yang mirip dengan Balada Si Roy. Karena itulah saya langsung suka ketika baru selembar membaca bab awalnya. Tak mengherankan karena Daniel memang penggemar Roy dan terinspirasi olehnya. 

Perjalanan Ke Atap Dunia, sukses meracuni saya yang tidak pernah terbayang Tibet itu seperti apa. Saya sebelumnya sudah menuliskan seperti apa buku Perjalanan Ke Atap Dunia ini lewat review serta penggalan tipsnya yang menarik.

Berbeda dengan Roy, mungkin karena ini jurnal pribadi, jadi saya tidak menemukan sosok bad boys di novel ini. Singkat saja penjelasan saya tentang novel ini, karena tulisan sebelumnya sudah pernah mereview tentang novel Daniel Mahendra 'Perjalanan Ke Atap Dunia'.

3. 99 Cahaya Di Langit Eropa

Dari beberapa sumber banyak yang mengatakan ini cerita gabungan fiksi Non fiksi. Beberapa ceritanya nyata tapi dengan beberapa tambahan. Yang pasti membaca 99 Cahaya Di Langit Eropa membuka cakrawala baru. Beragam pengetahuan dimasukkan tanpa saya merasa digurui. Ragam cerita  seputar Islam di Barat banyak ditunjukkan pula lewat buku ini.

Sumber: kompas

Bahasa apik dengan diksi yang keren dihadirkan Hanum dengan sangat rapi. Membaca buku ini menginspirasi saya tentang makna menulis, bukan hanya tentang bercerita, tapi bagaimana cerita itu bisa memberi banyak hikmah buat orang lain. Meski buku ini sudah difilmkan, tapi filmnya bagi saya tak bisa mengalahkan bukunya.

Banyak cerita-cerita penting, pengetahuan-pengetahuan tak terduga terungkap dalam buku, tapi tidak diangkat dalam film. Ada yang diangkat, tapi buat saya, ketika diangkat maknanya jadi hilang.
99 Cahaya di Langit Eropa, membuat saya termotivasi, meskipun masih jadi PR banget, untuk melakukan semacam perjalanan rohani layaknya apa yang dilakukan Hanum dan suaminya. Yeahh, moga-moga suatu kali kesampaian.

4. Love Sparks In Korea

Buku satu ini mirip-mirip buku Asma Nadia sebelumnya Assalamu'alaikum Beijing. Konsepnya pun masih sama. Mengangkat sosok “jilbab traveller”

Yang membuat saya suka karena buku ini menunjukkan bahwa perempuan yang dulunya lemah pun bisa menjadi tangguh. Secara garis besar dari sisi cerita dan bahasa, sebenarnya saya lebih suka Assalamu'alaikum Beijing, lantaran beberapa bagian dari novel ini terasa garing dan membosankan. 

Tapi yahhh, saya bisa kembali suka ketika meneruskan membacanya hingga selesai. Asma Nadia seperti biasanya membawakan cerita dengan bahasa penuturan yang lembut. Mengingatkan tentang nilai-nilai Islam yang tak selayaknya dilupakan meski sedang melakukan perjalanan.


Love Sparks in Korea, bercerita tentang roman perjalanan yang dialami Rania. Seorang gadis berhijab yang datang ke Korea kemudian jatuh cinta dengan pemuda Korea. Konflik batin rasanya lebih banyak menjadi inti dari keseluruhan cerita. Kegalauan Rania akan Hyun Geun yang semula dikiranya tidak seiman, hingga ketika tahu bahwa Hyun Geun sudah menjadi mualaf sejak dulu, tapi kembali galau karena Hyun Geun sepertinya bukan calon imam yang baik. 

Tapi pada akhirnya, cerita ditutup dengan kesungguhan Hyeun Gun memperjuangkan Rania. Seperti ditunjukkan dari keputusannya memotong rambut  panjangnya meski Rania sebenarnya tidak pernah meminta itu. Atau saat mengajak menikah Rania. Meskipun awalnya ia ingin menikah ketika usianya menginjak 30 an, tapi ia paham konsep bersama dengan Rania adalah dengan menikah, karena Rania tidak mengenal kata pacaran.

jangan bicara cinta pada burung-burung
sebelum kau yakin tumbuh sayap
yang menerbangkan hasratmu
pada cinta-Nya


Dari sisi seting bagi saya sebenarnya kurang bisa membuat saya membayangkan tempat-tempat di Korea sana. Tapi karena ceritanya romantis, saya jadi pengen packing terus terbang ke Korea ketemu oppa-oppa cute macem Hyun Geun. Wkwkwk.

5. The Journeys

Sumber: googlerad

Ini buku merupakan kumpulan cerita perjalanan dari banyak travel blogger dan travel writers. Seluruh seri The Journeys buat saya keren. Menggugah naluri menjelajah dari sudut-sudut negri hingga luar negri.

Kisah-kisah seru para penulis, petualangan selama perjalanan, atau perjuangan biar bisa terus ‘berjalan’ ada dalam buku ini. Saya sih menyemogakan semoga ke depan, ada seri lanjutan lagi, dan moga saja saya bisa jadi salah satu penulisnya. Wkwkwk. ngarep.com

Lewat buku ini pulalah saya jadi tahu sosok Windy Ariestanty yang dulu juga pernah saya ikuti pelatihan jurnalis travelingnya. Rangkuman catatannya saya tulis di sini

Sosok-sosok travel blogger dan penulis beken lain ada pula Alexander Thian, Valiant Budi, Raditya Dika, Fahmi Anhar serta Travel Junkie yang ikut serta menyumbangkan kisahnya di buku ini.

6. Trinity The Naked Traveler

Siapa yang tak kenal buku ini. Meskipun di beberapa hal saya kurang sreg dengan Trinity, tapi saya akui, buku ini menarik. Gokil luar biasa, dan yang paling penting saya mupeng berat pengen lekas traveling kalau sudah usai baca bukunya.
sumber: naked-traveler.com

Ini buku fenomenal, yang memang pantas fenomenal, soalnya emang keren. Salah satu cerita gokil yang saya ingat adalah ketika si Trinity jalan ke Puerto Rico kemudian tur guidenya menyuruh para peserta tur untuk melihat pohon pisang. Semua orang terkagum-kagum kecuali Trinity. Yaelah, tentu saja, pohon pisang kan ada banyak di Indonesia. Hihihi.

Tiap selesai membaca Trinity The Naked Traveler saya pasti merasa terhibur. Selalu sukses membuat ngakak sejadi-jadinya. Hehe


Nah, itu tadi beberapa Buku berbau traveling yang menurut saya menarik dan bikin pengen segera 'jalan'. Kamu mau menambahi? Share di kolom komen boleh-boleh aja :-)

You Might Also Like

16 comments

  1. Satu buku perjalanan yg paling berkesan sampe saat ini adalah Travellous, yg ditulis oleh Andrei Budiman. Mungkin mbak pernah dengar? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh belum jadi kuambil ini. Sekilas baca di blognya dia, lumayan bagus tulisannya. Mendayu-dayu. Pan kapan lah, tak baca bukunya

      Delete
  2. Balada Si Roy tuh novel petualangan yang pertama saya baca dan yang bikin saya selalu ingin berpetualang.

    Duh.. jadi kangen wangi buku-buku baru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss mas. Sama. Inspiring banget emang si Roy ini.

      Sampe kangen, udah ga pernah baca buku lagikah?

      Delete
  3. Masih banyak lagi buku-buku yang bisa memantik kamu main mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, banyak banget. Apa yg paling mbok rekomendasikan?

      Delete
  4. wah belum baca buku Asma Nadia dan perjalanan ke Tibet nih.

    ReplyDelete
  5. Dari beberapa buku diatas memang udah ada yang difilkan ya, dan saya juga udah nonton, yang baru tahu malah buku The Journeys. Jadi penasran pengen baca saya nih, Teh..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah padahal ini jg buku populer lho mas. Buruan deh baca. Keren-keren ceritanya

      Delete
  6. Kamu adalah apa yang kamu baca.
    Yang mba baca sama seperti yg sy baca..sama2 suka traveling ya..hehe.

    ReplyDelete
  7. Klo yang sudah di flimkan nonton sech, tapi bukunya belum pernah baca.

    ReplyDelete
  8. Kak Trinityyy~~~~~ lucunya itu nemu buku beliau di perpustakaan kota waktu gabuttt banget xD

    Dan bacanya pas banget pengalaman beliau di Cina, jadi beliau masuk toilet umum di sana....trus yang keluar cewe cantik, tapi apa yang tersisa di dalam bilik toilet ga cantik banget :(

    Tapii saya tuh suka agak ga suka baca buku traveling, ga kuat hatinya buat ga pengen sampe ngeces xD

    ReplyDelete

Semoga yang tersaji, bisa bermakna.

Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook

Terima Kasih :)